Kalau ditanya apa profesi yang paling menjelaskan diri, saya pasti akan meminta waktu untuk berpikir. Bukan tidak mungkin jawabannya pun tidak menjelaskan karena pada dasarnya, saya enggan membatasi diri. Begitu pula jika ditanyakan tentang kegiatan yang paling saya nikmati. Saya akan menjawab dengan amat beragam. Saya senang melakukan perjalanan, membaca buku, bermain, menikmati film.
Saya selalu senang jika bercerita, ada perasaan tersendiri ketika melihat lawan bicara atau pembaca menikmati apa yang saya ceritakan. Saya pun tak mau mengaku sudah menjadi pencerita yang baik. Klaim adalah pembatas diri. Saya ingin terus berusaha bercerita dengan cara-cara yang lebih baik.
Cerita yang ada di dalamnya akan terus berjalan tanpa arah. Memang seharusnya begitu, tidak perlu ada arah. Ia bergerak beriringan dengan siapa yang membaca atau mendengarnya. Ketika seseorang itu menceritakannya pada orang lain, maka cerita itu kembali membelah diri dan memiliki indung baru lagi. Begitu seterusnya hingga sebuah cerita tak akan mati. Bayangkan jika cerita itu adalah cerita baik. Jejak kebaikan itu akan sepenuhnya abadi.
LASKAR PELANGI
mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah
tanpa lelah sampai engkau
meraihnya
laskar pelangi
takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warnai bintang di jiwa
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia
selamanya…
cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita
laskar pelangi
takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada yang kuasa
cinta kita di dunia
selamanya…
selamanya...
laskar pelangi
takkan terikat waktu..uuu..
Atas alasan serupa, saya menjadi seorang sahabat anak di daerah Gambir. Banyak hal yang saya lihat, rasakan, dan alami. Kesemuanya menjadi sebuah cerita yang saya pikir akan sia-sia jika tak pernah diceritakan. Atau hanya segelintir orang saja yang tahu.
Cerita saya tak berbeda. Mungkin membosankan bagi sebagian orang, mungkin juga bermanfaat bagi sebagian yang lain. Saya tak peduli. Yang saya pedulikan hanya bagaimana kisah ini bisa menjadi cerita yang diketahui semua orang. Dari awal bagaimana saya memutuskan untuk mendaftar hingga merasakan betul bagaimana rasanya dicintai anak-anak. Saat pertama datang, saya bukanlah siapa-siapa. Namun, setelah menjadikan bagian dari mereka kami sebagai saudara. Menjadi keluarga.
Awalnya saya tak menyangka bahwa saya akan dekat dengan mereka, bersama dengan mereka, bermain, belajar. Dalam pertemuan dengan mereka banyak pelajaran yang saya dapat, betapa besar mimpi-mimpi mereka, besarnya kemauan mereka untuk dapat belajar. Kisah itu membuat saya amat yakin bahwa menjadi pendidik di sana adalah pilihan terbaik dalam hidup saya hingga saat ini.
Dan saya menikmati setiap proses itu. Akhirnya, pertemuan dengan mereka saya beri judul “Bintang Kecil”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar