Kamis, 26 Februari 2015

Tangis itu Karunia


Sungguh, biarkan semua ini ku simpan sendiri. Jika itu luka, biarkan aku sendiri yang merasakan perihnya. Jika itu derita, biarkan aku yang merasakan sakitnya. Jika itu adalah duri, cukup aku saja yang tertusuk dan berdarah karenanya. Sungguh, tak ingin kubiarkan siapapun merasakan segala kegundahan dan perihnya hati. Tidak juga dia (Ibu),Cukup aku saja.


"Rabb...bagaimana mungkin aku sanggup membagi segala gundah dan perih ini dengannya?? Sedangkan ia telah letih dan bersabar atas segala sikapku. Aku malu jika masih harus mengeluh kepadanya. Pun aku tak sanggup untuk membebani lagi hati dan pikirannya. Betapa jahatnya aku jika kulakukan itu. Ah, aku malu sebenarnya untuk bercerita dan berkeluh kesah pada-Mu, ya Rabb...

Tapi aku tak tahu lagi kepada siapa lagi aku berbagi tentang segala rasa ini, segala gundah dan perihnya hati. Engkau telah tahu apa yang ada di hatiku, yang bahkan kadang tak terucapkan olehku. Tapi ijinkan aku mengadu kepada-Mu dengan lisanku, setidaknya itu akan membuatku merasa lega telah mengutarakannya kepadaMu... Mengutarakan segala rasa yang ada di dalam hatiku. Kusadari sepenuhnya bahwa ketenangan dan kedamaian itu akan kuperoleh hanya dari-Mu... Itulah kenapa aku akan merasa lebih baik setelah mengadu kepada-Mu... Mungkin Engkau sudah tahu apa yang akan kuutarakan kepada-Mu..

Tapi ketidakbosanan-Mu menemaniku membuatku merasakan kedamaian setiap kali aku merasakan segala sakit ini... Setidaknya aku tak pernah merasa benar-benar sendiri, karena aku memiliki-Mu disini. Yang tak akan meninggalkan walau sekejap mata, yang tak kan pernah lelah menemaniku dan mendengar segala keluh kesahku, yang tak pernah berhenti untuk memberikan kasih sayangMu, dan selalu ada setiap kali aku membutuhkan-Mu.. 

Tunggu, aku sangat membutuhkan-Mu di tiap detik hidupku, itulah kenapa aku begitu bergantung pada-Mu.
Namun aku malu, kenapa aku masih lebih sering memikirkan makhluk-Mu dan segala ciptaan-Mu dibandingkan dengan memikirkan-Mu dan bersyukur kepada-Mu??

Kenapa aku yang mengaku mencintai-Mu dan mencintai yang lain karena-Mu masih terkadang bahkan mungkin lebih sering menyebut nama makhluk-Mu bukan nama-Mu...


aku malu karena setiap kali aku datang tertatih dan engkau menyambutku dengan penuh kasih sayang dan rasa cinta, kemudian ketika aku merasa bahagia aku meninggalkan-Mu dan hanya kembali dikala aku hampir atau mungkin kadang telah berputus asa terhadap makhluk-Mu... Aku malu kepada-Mu... Malu dengan pernyataan cintaku kepada-Mu, namun belum mampu kubuktikan itu... Aku malu kepada-Mu, ya Rabb..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar